Ihsan bahkan menilai ada agenda terselubung dari pemerintah pusat dalam proses pergantian ini. Menurutnya, pergantian ini sarat dengan agenda strategis nasional di Pilkada NTB 2024.
Pasalnya, pergantian tersebut menjadi tidak lazim lantaran dilakukan dalam tahapan menuju Pilkada Serentak 2024. Terlebih lagi Gita Ariadi memang aktif melakukan manuver politik untuk maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTB 2024.

“Sehingga memunculkan banyak spekulasi, karena Pj yang diganti beliau punya hajatan maju di Pilgub. Jika kita lihat dari pembacaan di ruang publik, sulit kita pisahkan dari tafsir adanya muatan politis ini,” nilai Ihsan.
Bahkan secara eksplisit Ihsan menangkap ada pesan lain dari pemerintah pusat dalam rotasi ini. Dia berpandangan bahwa ada kepentingan lain dari istana dalam konteks pilkada.
“Kita lihat saja nanti ya, akan ada pihak yang diuntungkan dalam proses pergantian Pj Gubernur NTB ini, khususnya berkaitan dengan figur-figur yang akan bertarung di Pilgub NTB,” nilai Ihsan sehingg menyakini pergantian Pj Gubernur ini merupakan bagian dari agenda politik istana.
Ihsan mengatakan sah-sah saja jika pihak istana mengatakan jika pergantian ini sebagai hal yang wajar atau rotasi biasa menjelang Pilkada.
“Kalau dilihat dalam konteks aturan main tata kelola birokrasi, betul itu bisa kita lihat sebagai suatu yang normal, jabatan yang diangkat begini kan lazim ada rotasi, namun menjadi tidak lazim karena dilakukan dalam tahapan menuju Pilkada Serentak 2024, itu sebabnya saya menyakini ada permainan terselubung dalam rotasi ini,” nilai Ihsan.***