KUPAS NTB – Dr H Lalu Muhamad Iqbal Gubernur NTB, menegaskan, strategi penanganan sampah di NTB harus disesuaikan dengan budaya masyarakat lokal yang belum memiliki kebiasaan memilah sampah.
Karena itu, ia mendorong penggunaan teknologi yang tidak bergantung pada sistem pemilahan, salah satunya melalui pendekatan waste to energy.
Pernyataan tersebut disampaikan saat menerima kunjungan Kepala Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Bali-Nusa Tenggara, Ni Nyoman Santi, dan Kepala Bidang Wilayah II NTB, Dony Arif Wibowo, beserta rombongan di Ruang Kerja Gubernur, Kamis (3/2).
“Karena kalau akan dipilihkan, cost-nya akan mahal dan memang budayanya, tidak ada budaya pemilahan itu. Jadi pemanfaatan-pemanfaatan sampah yang berbasis pada pemilahan ini bisa dilakukan pada negara yang kulturnya sudah maju seperti Jepang,” ujar Gubernur.
Namun demikian, Gubernur tetap ingin menumbuhkan budaya memilah sampah sejak dini. Ia meminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB untuk berkoordinasi dengan kabupaten/kota agar isu pengelolaan sampah menjadi bagian dari kurikulum wajib, meskipun tidak harus masuk ke dalam mata pelajaran formal.
“Mengajak anak sekolah gitu untuk paling tidak sekali setahun berkunjung ke TPS-TPS ini biar melihat bagaimana dampaknya ketika mereka tidak mengelola sampah dengan benar,” harap Gubernur.

Sambil menumbuhkan kesadaran tersebut, Pemerintah Provinsi NTB fokus pada solusi jangka menengah dan panjang melalui teknologi waste to energy yang dapat langsung mengurai sampah tanpa pemilahan. Langkah ini dinilai strategis untuk mengurangi sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sekaligus menghabiskan tumpukan sampah yang sudah ada di landfill seperti di Kebun Kongoq.