Panitia penyelenggara melakukan penilaian terhadap Ogoh-ogoh dengan penampilan terbaik, menambah daya tarik acara ini bagi peserta dan penonton.
Meski teriknya matahari siang, masyarakat dari berbagai agama tampak begitu antusias.
Mereka berdesak-desakan untuk menyaksikan momen-momen unik selama pawai berlangsung, dengan beberapa penonton bahkan nekat turun bersama para pengiring Ogoh-ogoh untuk berswafoto.
Ogoh-ogoh, yang secara simbolis merupakan representasi Bhuta Kala dalam kepercayaan Hindu, tidak hanya menjadi sarana ibadah.
Menurut cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, prosesi ini juga menggambarkan kesadaran manusia terhadap kekuatan alam semesta dan waktu yang sangat besar.
Sebagai catatan menarik, sejumlah warga dari agama lain menyatakan kekaguman mereka terhadap makna filosofis di balik Pawai Ogoh-ogoh.
“Ini bukan hanya sekadar pawai, tapi juga memberikan pelajaran nilai-nilai kehidupan dan harmoni alam,” ujar Ahmad.
Dengan demikian, Pawai Ogoh-ogoh tidak hanya merayakan keberagaman keagamaan tetapi juga menggugah rasa kekaguman dan kebersamaan di kalangan masyarakat multikultural di Lombok.