Dalam kesempatan tersebut, Ibu Selvi mendorong para peserta untuk tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga penyebar informasi. Ia mengajak mereka turut menyuarakan pentingnya mencegah pernikahan anak di lingkungan sekitar, termasuk melalui media sosial.
“Nanti bisa dari sini, seperti yang dikatakan dokter tadi, bisa menyebarluaskan ke teman-temannya pengetahuan tentang dampak pernikahan anak,” pintanya.
Tak hanya itu, Ibu Selvi juga menyampaikan harapannya agar para pelajar yang hadir mampu menjadi agen perubahan di masyarakat.
“Dari situ adik-adik bisa memanfaatkan, mensosialisasikan apa yang tadi sudah kalian dapat, sehingga dampak positifnya bisa dirasakan tidak hanya oleh adik-adik yang ada di sini, tapi juga teman-teman kalian yang saat ini tidak bisa hadir. Itu sama saja kalian sudah berkontribusi untuk mencegah tidak adanya pernikahan anak usia dini,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia berharap gerakan edukasi ini tidak berhenti hanya di NTB, melainkan menjangkau wilayah-wilayah lain di Indonesia.
“Semoga membawa manfaat untuk kita semuanya tidak hanya di lingkungan di Lombok saja, tapi juga di daerah-daerah lain yang ada di Indonesia. Pasti kita nanti akan banyak melakukan hal yang sama untuk mencegah pernikahan anak usia dini,” ungkapnya.