Contoh Santri yang ada di kawasan Desa Pesongoran Jukung ini, karena memiliki potensi hutan maka Santi harus juga dibekali ilmu cara mengolah hasil hutan menjadi barang atau makanan olehan.
“Bisa jadi karena bekal ilmu ini, ada santri yang berprofesi sebagai pengusaha UMKM dibidang mebel atau makanan olahan hasil hutan,” tambah Zaini.
Sehingga kedepannya, Santri sudah siap memasuki era global yang sarat akan persaingan.
“Jadi santri lebih siap bersaing dan memenangkan banyak posisi strategis dalam pembangunan di Lombok Barat,” tambah Zaini.
Itu sebabnya, ke depan Rintun sudah menyiapkan suatu program bea siswa bagi para santri ini. Hal ini bertujuan untuk menambah skill para santri supaya sejajar antara pendidkan agama dan pendidikan umum (pengetahuan dan teknologi).
“Ke depan, kami ingin Santri di Lombok Barat tampil dengan skill lengkap, baik itu skill Imtaq (iman dan taqwa) maupun Iptek ( ilmu pengetahuan dan Teknologi). Santri harus memiliki pengetahuan dan menguasai teknologi, minimal IT karena sekarang kan era digital,” ungkap Zaini.
Selain itu ada satu lagi konsep menarik yang disarankan Zaini Arony bagi dunia pendidikan Lombol Barat. Yakni bagaimana supaya guru dan orang tua bisa berkolaborasi melahirkan generasi muda yang kuat, berahlak dan berkualias.

“Caranya yakni dengan membuat ibu-ibu bisa menjadi guru di rumah dan guru-guru bisa menjadi orang tua di sekolah,” ucap suami Hj Nanik Suryatiningsih, Anggota DPRD NTB ini.
Kolaborasi antara dunia pendidikan dan keluarga ini sangat dibutuhkan demi kelengkapan ilmu yang dimiliki anak. Disatu sisi ilmu pengetahuan diajarkan lengkap oleh guru di sekolah, disisi lain ilmu agama, ahlak dan adap bisa di didik oleh ibu (keluarga di rumah), dan plusnya lagi, guru dan orang tua bisa saling mengisi jika ada kekurangan dari ilmu-ilmu tersebut.***