Silaturahim itu antara lain dihadiri oleh sejumlah tokoh Bima di Mataram seperti H. Hanafi (Ngali) dan H. Junaidin Yaman, sekaligus sebagai ketua tim AQUR untuk warga Bima.
Momen tersebut sangat berharga bagi H. Muzihir, karena sejatinya perhelatan tersebut merupakan ajang silaturahim biasa antara Wakil Ketua DPRD NTB dengan warga Kota Mataram, yang merupakan konstituennya.
Siapa sangka antusiasme warga begitu tinggi menyampaikan dukungan, unek-unek dan harapan tentang Kota Mataram pada Paslon AQUR.
“Mataram…..?” tanya MC pembaca acara.
“AQUR….!” jawab warga asal Bima, Dompu, Samawa
“AQUR…?” tanya MC lagi.
“Menang! menang! menang…!” ucap warga asal Bima, Dompu, Samawa dengan antusias menyuarakan yel-yel AQUR.
Warga asal Bima, Dompu, Samawa yang berdomisi di Mataram menilai selama ini terkesan ada jurang pemisah antara pemimpin dan rakyatnya. Karenanya mereka menilai kempimpinan Kota Mataram cenderung berbau dinastik dan juga terkesan feodalistik. Bahkan sekitar 25 tahun terakhir kepemimpinan Kota Mataram hanya didominasi satu pertai tertentu.
Seorang Warga Bima menekankan sudah waktunya kepemimpinan Kota Mataram mengalami perubahan ke sosok baru yang terbebas dari kepentingan kelompok dan bisa merangkul semua golongan.
“Saya yakin AQUR punya platform (rencana kerja) baru,” paparnya.
H. Sudirman, warga Perumnas semula mengira AQUR hanya penggembira namun setelah mendapat penjelasan H. Muzihir, pensiunan guru itu menjadi yakin seratus persen akan kesungguhan AQUR membawa Mataram menjadi lebih baik.
“Saya siap menangkan AQUR di Perumnas,” ujar pria 66 tahun asal Bima tersebut.