Abdul Hadi menegaskan betapa krusialnya koordinasi yang cepat antara Kementerian Perhubungan, BMKG, Kementerian PUPR, dan pemerintah daerah dalam situasi darurat.
Untuk kepadatan yang terjadi di jalan tol dan non-tol tentunga akan tetap menjadi masalah klasik.
Walaupun volume lalu lintas tol menurun pada 2024, jalur arteri malah semakin ramai.
Bisa dilihat dari area istirahat yang sering kali ramai, sehingga pemudik sulit untuk beristirahat.
Pemerintah berencana menambah area istirahat dan zona penyangga di pelabuhan penyeberangan, namun pelaksanaannya perlu dipercepat sebelum arus mudik mencapai puncaknya.
Bagi pengguna transportasi umum, terbatasnya tiket dan harga yang mahal masih menjadi hambatan.
Kereta api dan pesawat tetap menjadi pilihan utama karena lebih nyaman, namun kapasitas yang terbatas dan tarif tiket yang tinggi membuat banyak orang kesulitan memperoleh akses transportasi yang memadai.
Abdul Hadi menekankan bahwa tarif tol dan harga BBM terus meningkat menjelang arus mudik.
Walaupun terdapat potongan tarif tol dan penambahan jalur tol fungsional gratis, kebijakan ini tetap kurang efisien dalam mengurangi beban pemudik.
“Pemerintah perlu lebih giat dalam memperluas jangkauan mudik gratis. Jangan hanya menjadi simbol atau rutinitas tahunan, tetapi benar-benar menjangkau lebih banyak masyarakat,” tegasnya.
Menciptakan mudik yang aman, nyaman, dan terjangkau bukanlah hal yang gampang, tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin.
