KUPAS NTB – PT Rezka Nayatama mengaku mengalami kendala dalam berkomunikasi dengan masyarakat Dusun Pengawisan mengenai program pemberdayaan masyarakat.
Hal ini diduga karena ulah oknum warga yang kerap disebut “Pemain Lahan”, yang berhasil bermain dengan oknum aparatur desa, sehingga menghalang-halangi upaya PT Rezka Nayatama dalam melakukan sosialisasi program CSR (Corporate Social Responsibility).
Ryan Idha SH, selaku Government Relations PT Rezka Nayatama yang juga alumnus FH Universitas Mataram saat ditemui wartawan Kamis (18/1) menjelaskan, PT Rezka Nayatama memiliki beragam program CSR atau dikenal sebagai tanggung jawab social perusahaan yang akan dilaksanakan pada tahun 2024 sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Sekotong Barat.
Program ini akan dilaksanakan pada beberapa bidang, antara lain : bantuan pertanian, fasilitas kesehatan, pendidikan dan beasiswa serta olahraga, kagamaan dan kebudayaan. Berbagai program ini akan dilaksanakan di seluruh dusun yang terdapat di Desa Sekotong Barat.
Itu sebabnya pihak perusahaan merasa perlu memberikan sosialisasi ke masyarakat soal dampak positif dari program CSR ini. Supaya masyarakat memahami secara utuh niat PT Rezka Nayatama yang ingin membangun desa di sekitar kawasan perusahaan.
“Kami selaku government relations PT Rezka Nayatama berniat dan berusaha untuk datang berkomunikasi dengan masyarakat Dusun Pengawisan melalui Kepala Desa Sekotong Barat, Bapak Saharudin. Namun Pak Saharudin tidak membuatkan skejul pertemuan kami dengan masyarakat, justru meminta kami menghubungi Kepala Dusun Pengawisan, Pak Sohbi yang notabene merupakan adik dari Bapak Pi’i pemilik restoran ilegal yang berdiri tanpa izin di atas lahan PT Rezka Nayatama,” ungkap Ryan Idha SH.
Dari sini pihak perusahaan curiga dan menilai ada sesuatu yang janggal ketika pihak perusahaan ingin bertemu secara langsung dengan masyarakat, namun diarahkan untuk bertemu dengan Kepala Dusun yang ternyata adik dari pemilik restoran yang diduga ilegal tersebut.