Seperti yang disampaikan Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Dr Ihsan Hamid Rabu (3/7) kemarin, meski GASman memiliki latar belakang politiknya bukan dari partai, namun pasangan ini memiliki modal yang besar dari jabatan sebelumnya.
“Keduanya punya modal besar, Lalu Gita kita tahu dia ada di puncak karir seorang ASN dengan menjadi sekda kemudian Pj Gubernur NTB, dan dia punya elektabilitas,” nilai Ihsan Hamid.
Cawagub Sukiman juga memiliki modal yang besar setelah sukses menjadi Bupati Lombok Timur selama dua periode.
“Lombok Timur itu kabupaten dengan jumlah DPT terbesar di NTB, hampir 1,3 juta. Paling tidak kalau dia mencalonkan diri, Sukiman bisa mengambil suara 400 atau 500 ribu suara dari Lombok Timur,” prediksi Ihsan Hamid.
Pasangan petahana Zulkieflimansyah dan Sitti Rohmi Djalilah (Zul-Rohmi) yang disebut pecah kongsi membuka peluang besar bagi calon lain.
Ihsan Hamid menyebutkan, saat ini Zulkieflimansyah telah menggandeng Suhaili Fadhil Thohir untuk Pilkada NTB.
“Suhaili ini, kan kader Golkar, tetapi surat tugas Golkar itu saya dengar diberikan pada Lalu Gita. Sehingga ini semua masih cair,” jelasnya.
Sementara itu, Lalu Gita Ariadi ketika ditanya soal kendaraan politik untuk GASman mengatakan, ia optimis mendapatkan kendaraan di Pilgub NTB.
“Semua masih berproses. Ini pengalaman baru kita kondisi kebatinan setelah pilpres. Kami terus jajaki dengan partai, dinamika-dinamika terus terjadi. Jadi, semuanya masih berproses,” kata Gita Ariadi, seraya menambahkan dirinya optimis bisa mendapatkan kendaraan di pilkada NTB 2024.
Benar juga, segala sesuatu bisa terjadi dalam politik karena semua masih berproses. Contoh gubernur petahana yang bercerai ditengah jalan setelah gaung dua periode berkumandang. Zulkieflimansyah dan Sitti Rohmi Djalillah pecah kongsi membuat kekuatan politik di NTB pun terbelah.