“Saya mengambil kuliah di dua tempat. Kuliah di UGM dilakukan secara online tanpa harus kembali ke Indonesia, karena suasana pandemi. Compulsory course di Perancis selesai pada tahun pertama, memungkinkan saya untuk fokus pada riset,” ungkap Ngainul, yang juga menjadi tenaga pengajar di Fakultas Geografi UGM sejak 2018, dikutip kupasntb.com dari ugm.ac.id.
Perjalanan akademisnya dimulai dari S1 Geografi Lingkungan di UGM pada tahun 2014, dilanjutkan dengan S2 Magister Geografi yang berhasil diselesaikannya pada 2017.
Setelah diterima sebagai tenaga pengajar di UGM, Ngainul melanjutkan studi di Perancis pada November 2019.
Keberhasilan Ngainul tidak terlepas dari dukungan Fakultas Geografi UGM dan Ecole Doctorale Geographie de Paris yang memungkinkan kerja sama untuk program double degree jenjang doktor.
Dengan supervisi Prof. Franck Lavigne dan Dr. Danang Sri Hadmoko, risetnya di Lombok cepat terselesaikan.
Dibalik semua prestasinya, Ngainul, yang berasal dari Palbapang, Bantul, Yogyakarta, mengenang kedua orang tuanya yang menjadi guru ngaji dan hidup sederhana.
Didikan agama dan kehidupan sederhana itu selalu menjadi motivasi dalam menempuh pendidikan lebih tinggi.
“Saya bersyukur atas bimbingan dan doa kedua orang tua saya. Dukungan keluarga kecil saya juga memberi semangat, meski istri dan anak saya tidak bisa mendampingi saya selama studi di Perancis,” ungkapnya.