Kedekatan Bunda Nanik dengan istri kadus-kadus berawal inisiatifnya membentuk organisasi Pikad Paguyuban Istri Kepada Desa (Pikad) Lombok Barat.
“Pikad ini satu-satunya di Indonesia, saya membuat ini dengan tujuan supaya Istri kepala desa mampu bersaing yang positif dengan suami, artinya klo ada masalah di desa tapi suami sedang tidak berada di desa, istri kades bisa mengambil peran membantu menyelesaikan,” ungkap Bunda Nanik.
Selain itu, tambah Bunda Nanik, Pikad ini sebagai ajang silaturahmi antar istri kedas dan kadus se Lombok Barat. Karena setiap bulan ada pertemuan rutin, yang mana setiap istri kades akan mengajak anggotanya yang tak lain adalah istri kadus.
“Sehingga antar 121 istri kades dan 825 istri kadus se Lombok Barat, tidak ada istilah tidak kenal, sebaliknya mereka akrab banget, menariknya lagi ajang silaturahmi setiap bulan itu kami gunakan untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman, mana program Pikad desa/dusun yang berhasil akan disharing oleh desa/dusun lain” kenang Bunda Nanik.
Namun sayangnya, begitu Zaini Aroni turun, Pikad pun perlahan mulai bubar karena tidak ada pembinaa lebih lanjut. Pasalnya Bunda Nanik lebih mengfokuskan diri mengurus suaminya yang tengah menghadapi cobaan.
Selama hampir tujuh tahun lamanya Bunda Nanik tidak berinteraksi rutin dengan istri kades dan kadus seperti yang rutin dia lakukaan saat mendampingin Zaini Aroni ketika menjabat sebagai Bupati Lombok Barat. Rindu luar biasa dia rasakan kerena baginya istri kades dan kadus sudah seperti keluarga yang sulit terpisahkan.
Itu sebabnya dia bersyukur ketika mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD NTB, dia memiliki kesempatan untuk bersilaturahmi lagi dengan kades dan kadus beserta istri, walaupun banyak diantara mereka yang sudah tidak menjabat lagi.
Bunda Nanik bertekad, setelah dilantik sebagai Anggota DPRD NTB, dia akan mengaktifkan kembali lembaga Pikad ini.
“Rencana akan kami hidupkan lagi nanti setelah di DPRD, akan kami aktifkan lagi membina istri-istri kades dan kadus agar lebih maju lagi,” tekad Bunda Nanik.
Bunda Nanik sangat merasakan kekuatan perempuan dalam pemiliu legislatif kemarin, dimana tim perempuannya jauh lebih produktif dibanding laki-laki karena mereka lebih aktif mendulang suara door to door (dari pintu ke pintu) sehingga menghasilkan pemilih sejati yang tidak terpengaruh oleh money politik.***