KUPAS NTB – Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara terus berikhtiar dan memaksimalkan setiap peluang demi meningkatkan komuditas unggulan.
Tak hanya komuditas unggulan di lahan subur tapi juga komuditas lahan kering, seperti kurma Lombok Utara.
Seperti diketahui, kurma Lombok Utara kini telah dikenal di kancah dunia setelah memenangkan predikat kurma ke tujuh terbaik dunia pada konter kurma dunia di Abu Dhabi.
Dan Jumat (17/10) kemarin, Kurma KLU kembali dikirim untuk berpartisipasi dalam Festival Internasional Kurma di Abu Dhabi, membawa nama Lombok Utara, NTB, dan Indonesia ke kancah global.
Sebelum ke Abu Dhabi, Bupati KLU H. Najmul Akhyar bersama sejumlah petani kurma di Lombok Utara menghadap Gubernur NTB H Lalu Muhamad Iqbal pada Rabu (15/10) di aula Bank NTB Syariah.
Kepada Gubernur NTB, Bupati KLU menyampaikan, kurma KLU bukan hanya menjadi kebanggaan daerah, tetapi juga simbol kebangkitan ekonomi baru bagi Lombok Utara.
“Semoga langkah ini membuka jalan bagi lahirnya investasi dan kemitraan internasional yang memberi manfaat, tidak hanya bagi Lombok Utara, tetapi juga bagi NTB dan Indonesia tercinta,” ucap Najmul Akhyar.
Menyambut harapan Bupati KLU, Gubernur NTB menyampaikan komitmennya untuk menjadikan kurma Lombok Utara menjadi salah satu komuditas andalan bagi NTB.
Bahkan Gubernur telah memerintahkan Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB untuk menjadikan kurma Lombok Utara sebagai prioritas riset yang akan digarap tahun ini.
Sementara itu Kepala BRIDA NTB I Gede Putu Aryadi, S.Sos., M.H., mengungkapkan, BRIDA NTB bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah merencanakan pelaksanaan riset kultur jaringan kurma di Lombok Utara.
Riset ini menjadi langkah strategis dalam mendukung pengembangan komoditas kurma yang memiliki potensi besar di NTB, khususnya dalam menjawab berbagai kendala produksi bibit unggul.
Riset kultur jaringan kurma ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan mendasar dalam pengembangan kurma di Lombok Utara.
“Seperti keterbatasan bibit unggul yang sesuai dengan kondisi tanah dan iklim NTB, produktivitas tanaman kurma yang masih rendah atau terhambatnya pasokan bibit berkualitas yang berdampak pada keberlanjutan budidaya kurma,” jelas Aryadi.
Riset kultur jaringan akan difokuskan pada penerapan metode bioteknologi untuk menghasilkan bibit kurma yang lebih cepat, seragam, dan berkualitas tinggi.
“Melalui kultur jaringan, kita dapat mempercepat ketersediaan bibit unggul kurma sehingga pengembangannya lebih terjamin dan berkelanjutan,” tambah Aryadi.
Ia juga menegaskan riset ini sangat penting untuk mendukung hilirisasi inovasi pertanian di NTB.
“Kultur jaringan kurma bukan hanya solusi atas keterbatasan bibit, tetapi juga peluang besar bagi NTB untuk menciptakan nilai tambah ekonomi berbasis hasil riset dan teknologi. Dengan demikian, kita tidak hanya menanam, tetapi juga membangun ekosistem inovasi yang berdaya saing,” sambungnya.