Konsep eksperimentasi dalam garapan Hikayat Gajah Duduk memasukan unsur-unsur Kemidi Rudat yang nota bene berbasis seni tradisi, tampil ke atas panggung teater modern. Management Teater Kamar Indonesia mengajak seniman tradisi Rudat berkarya bersama dalam Hikayat Gajah Duduk.
“Dalam garapan HGD ini, kami melibatkan seniman tradisi berkarya bersama di panggung teater modern,” ujar Naniek.
Eksperimentasi seni tradisi dan modern ini terlihat dalam seluruh pertunjukan. Dari sisi, kostum, HGD menampilkan kolaborasi unsur-unsur Rudat di beberapa bagian.
Seperti kaos kaki tinggi, selempang, tanda pangkat, topi tarbus serta impresi cara berpakaian para aktor. Sedangkan dalam garapan musik dan ilustrasinya, dominan musik dan ilustrasi Kemidi Rudat.
Demikian pula unsur gerak rampak tari rudat untuk membuka maupun menutup beberapa adegan HGD. Dalam beberapa narasi bahkan dialog HGD juga, syair-syair rudat untuk mengikat dan menekankan kisah yang sedang aktor mainkan.
Eksperimentasi Hikayat Gajah Duduk, hadir sebagai bagian dari upaya untuk tetap melestarikan seni tradisi Kemidi Rudat.
Ini sekaligus untuk menemukan bentuk baru, agar seni tradisi ini bisa diterima oleh publik secara umum melalui panggung teater modern.
“Kami ingin mengangkat seni tradisi agar diterima oleh khalayak umum dengan menemukan bentuk baru dari sebuah pertunjukan eksperimentasi,” kata jurnalis senior ini.
Dalam pementasan ini, aktor-aktor dan aktris Teater Kamar Indonesia turut terlibat.

Di antaranya, Syahirul Alim yang juga sutradara pertunjukan ini, Murachiem, Kelly Jasmine Suntawe, Sumarta, Vino Sentanu, Zakiyudin dan juga mendapat dukungan Nash Jauna.
Ketujuh aktor yang memainkan Hikayat Gajah Duduk masing-masing memiliki kekuatan tersendiri dan siap ‘membakar’ panggung Taman Budaya NTB.
Pertunjukan ini juga menampilkan Maestro Rudat, Zakaria dari Terengan Lombok Utara. Ia membawakan dengan apik, lantunan syair bergaya rudat yang adopsinya dari naskah HGD.
Bagus Livianto sebagai penata lampu kawakan, pun ikut turun gunung setelah cukup lama jeda di pencahayaan teater. Menampilkan pula penata artistik berbakat Akmal dan Penata Musik Badi Saputra.
Sebagaimana pertunjukan-pertunjukan lain Teater Kamar Indonesia selalu berjubel penonton. Kali ini pun tampaknya demikian.
Pada pertunjukan Sandiwara Merah Jambu 1 tahun 2009, mencapai 1.200 penonton, memaksa Teater Kamar Indonesia pentas selama 6 hari.
Maka prediksi, Hikayat Gajah Duduk 2025 akan kembali berjubel penonton. Prediksi HGD akan memecahkan rekor jumlah penonton selama 4 hari pertunjukan.