Hal yang sama juga di ungkap Zaini Arony. Zaini yang juga diberi kesempatan bicara saat acara Tasyakuran menyampaikan keyakinannya jika Lombok Barat mampu lebih maju dan sejahtera melebihi saat dirinya dan Fauzan Khalid memimpin Lombok Barat.
“Banyak alasan kenapa kami yakin hanya Farin-Khairatun yang mampu, selain ada kami berdua yang mendampingi, latar belakang pendidikan dan trackrecord mereka berdua sudah terbukti, muda, energik dan berhasil mengemban sejumlah amanah,” tambah Zaini.
Kembali soal Tasyakuran, tak hanya dengan ulama dan tokoh masyarakat, Fauzan Khalid hari ini Minggu (3/11), juga akan menggelar Tasyakuran serupa bersama ratusan tim sukses yang telah berjuang di Pemili Legislatif (Pileg) Februari lalu.
Fauzan Khalid maju sebagai calon anggota DPR RI pada Pemilu Legislatif Februari 2024 kemarin melalui Partai NasDem, dan tak sulit bagi Fauzan Khalid mendulang suara.
Dukungan masyarakat NTB Dapil II membuatnya lempeng menuju kursi Senayan. Ini membuktikan pesona mantan Bupati Lombok Barat tak pernah meredup di hati rakyatnya.
Namun siapa sangka, Fauzan Khalid yang dikenal sebagai mantan Bupati dan politisi ini merupakan mantan Santri. Dia bahkan seorang lulusan pondok pesantren yang bercita-cita jadi dosen. Namun jalan hidup membawanya kerap bersentuhan dengan politik, bahkan berhasil menduduki sejumlah jabatan elit. Diantaranya Ketua KPU NTB, Bupati Lombok Barat dan kini menjadi Anggota DPR RI di Gedung Sanayan.
Bicara perjalanan hidup dan karier Fauzan Khalid lumayan panjang dan berliku. Pria yang terkenal ramah senyum ini lahir dari keluarga biasa di Desa Sandik Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat NTB.
Fauzan yang lahir 21 Mei 1971 ini, merupakan lulusan santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Nahdlatul Wathan Pancor, Lombok Timur.
Cukup prihatin jika kita mendengar kisahnya selama di Ponpes. Kala mondok, Fauzan dengan rekan-rekannya membuat bedek (pondok dari pagar) pada halaman rumah warga sekitar tahun 1983 silam. Bedek dibuat sebagai tempat tinggal dan kamar tidur selama tiga tahun menuntut ilmu di sana.
“Dulu saya masih ingat, satu kamar sama H Zuhad (52) yang sekarang jadi sopir saya. Kami ingat dulu berdua tidur satu dipan. Semua santri memang kumpul di situ,” kenang Fauzan.
Hal menarik yang diungkap pria berusia 54 tahun ini adalah fakta bahwa Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi, mantan Gubernur NTB dua periode, adalah adik kelasnya selama di Pondok Pancor.

“TGB Zainul Majdi (mantan Gubernur NTB) itu adik kelas saya. Tapi dia di Pondok Mualimin Pancor,” kata Bupati.
Usai tiga tahun menempuh pendidikan di Pondok, Fauzan tamat dari Ponpes Pancor pada tahun 1987.
Fauzan kembali melanjutkan mondok tiga tahun di Ponpes Islahuddiny Kediri tahun 1988. Selama mondok enam tahun, Fauzan tidak pernah bercita-cita menjadi seorang orang besar, apalagi sekelas Kepala Daerah.
Diungkapkan suami Hj Khairatun ini, sesuai adat orang Lombok, semua anak-anak di kampung halamannya diwajibkan mengaji. Yang dikenang Fauzan, ia memiliki orang tua yang sangat istiqomah mengajar anak-anaknya mengaji di rumah.
“Bapak saya itu guru ngaji. Malam ngajar, siang jualan, punya kios gitu. Saya bahkan ingat dulu bantu bungkus gula. Jadi kalau ada bungkus gula orang-orang libur mengaji,” ungkapnya.
Setelah lulus Tsanawiyah, Fauzan melanjutkan pendidikan Madrasah Aliyah (MA) setingkat SMA di Pondok Pesantren Islahuddiny Kediri, Lombok Barat.
“Jadi saya ingat betul waktu itu saya dipindahkan oleh orang tua setelah lulus di Pancor, itu karena ada yang bilang saya terlalu pacu (rajin). Jadi ke mana-mana saya bawa kitab dan pake peci. Jadi itulah alasan orang tua pindahkan sekolah ke Kediri,” kenang Fauzan.