Iklan Gub dan Wagub NTB baru

Ditetapkan sebagai Kawasan Tebu Nasional, Petani di Dompu kian bersemangat, begini harapan mereka

Ditetapkan sebagai Kawasan Tebu Nasional, petani di Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB) kini bersemangat.

Sahli menyadari koperasi atau asosiasi secara legal sangat dibutuhkan untuk menjadi saluran komunikasi yang konstruktif dengan perusahaan maupun pemerintah daerah. Keberadaan asosiasi diyakini akan membuat para petani memiliki posisi tawar yang lebih baik pula.

“Kalau petani berdiri dan berjuang sendiri-sendiri akan sangat sulit didengar baik oleh pemerintah maupun top manajemen perusahaan gula yang ada,” ujarnya.

Petani tebu sukses lainnya, Baharuddin juga membenarkan terjadinya peningkatan jumlah petani komoditi penghasil gula ini pada beberapa tahun terakhir. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Dompu, tapi beberapa wilayah di Kabupaten Sumbawa dan Bima.

BACA JUGA:   Wapres Gibran puji partisipasi luar biasa peserta lanjut usia di ajang FORNAS VIII NTB

“Bahkan bibitnya diambil dari lahan saya, yang berkembang itu perkebunan tebu dengan pola kemitraan,” kata anggota DPRD Kabupaten Dompu ini.

Menurut Baharuddin, belum adanya koperasi atau asosiasi petani tebu dipicu minimnya perhatian pemda setempat. Padahal kelembagaan semacam ini wajib ada untuk mengadvokasi para petani, khususnya membantu mereka secara finansial.

“Kami yang berada di lembaga legislatif bertekad akan mendukung jika ada aspirasi dari warga untuk pembentukan koperasi dan sebagainya,” ujarnya.

Politisi PPP ini menyebut, jumlah petani tebu pemula yang terus bertambah dari tahun ke tahun secara signifikan menjadi bukti bahwa mereka telah merasakan manfaat secara ekonomi. Dia pun berharap lahan tidur yang jumlahnya masih sangat banyak di Kabupaten Dompu, seluruhnya segera bisa ditanami tebu dan untuk itu pemda harus terlibat di dalamnya.

Di sisi lain, para petani tebu melalui mekanisme kemitraan di Labangka, Kabupaten Sumbawa ternyata juga mengalami peningkatan secara kuantitas. Salah satu yang menggelutinya adalah H Ahmad yang sebelumnya adalah petani jagung.

“Alhamdulillah, lahan tebu yang saya kelola sekarang luasnya sekitar 2 hektare dari sebelumnya 1 hektare,” ujarnya.

Jumlah petani tebu di lima desa yang berada di Kecamatan Labangka menurutnya semakin banyak kendati sebagian masih dalam tahap uji coba.

Mereka juga berkeinginan membentuk koperasi ke depannya untuk memudahkan komunikasi dengan perusahaan gula sekaligus bisa lebih ter lembaga mengelola usaha termasuk pengiriman hasil panen secara kolektif dari Labangka ke Pekat. Para petani menyatakan kerja sama dengan satu-satunya industri pengolahan tebu di Pekat sejauh ini sudah berlangsung konstruktif dan diharapkan bisa berkelanjutan secara jangka panjang.

Pria asal Pelambik, Lombok Tengah ini baru menanam tebu akhir 2023 lalu. Menurutnya, saat ini warga di Desa Sekokat Labangka 2 yang menanam tebu sudah mendekati angka ratusan petani.

Jumlah petani tebu di lima desa yang berada di Kecamatan Labangka semakin banyak.

Mereka semua juga bermitra dengan PT Sukses Mantap Sejahtera (SMS) di Dompu. Bantuan bibit kini tidak perlu didatangkan dari Dompu karena sebagian sudah bisa diambil langsung dari perkebunan tebu sekitar Labangka.

Bagikan

Artikel Terkait