Di akhir paparannya, Aryadi menekankan pentingnya peran klinik pemeriksaan kesehatan dalam proses penempatan tenaga kerja ke luar negeri. Ia menyinggung kasus-kasus di mana calon tenaga kerja dinyatakan sehat saat berangkat, namun kemudian dipulangkan karena kondisi kesehatan yang tidak sesuai dengan ketentuan.
Sementara itu Kepala Bappeda Prov. NTB yang diwakilkan oleh Kepala Bidang Pemerintahan & Pembangunan Manusia Huailid, S.Sos., M.Si mengapresiasi Disnakertrans atas TPT NTB Tahun 2024 yang menurun menjadi 2,73%.
“Penurunan tersebut menjadi acuan bagi kita, untuk membuat perencanaan program dan penganggaran ke depannya. Kita harus memastikan pelatihan menghasilkan lapangan kerja, bukan pengangguran,” katanya.
Terakhir Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB yang diwakili oleh M.Ikhsany Rusyda, S.ST, M.Si menyatakan bahwa ketenagakerjaan sangat dipengaruhi pertumbuhan penduduk. Semakin tinggi pertumbuhan, semakin besar angkatan kerja.
Pada Agustus 2024, angkatan kerja di NTB mencapai 3,19 juta orang, meningkat 216,34 ribu dibanding Agustus 2023, dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 77,23 persen, naik 3,92 persen poin. Penduduk yang bekerja berjumlah 3,11 juta orang, bertambah 212,57 ribu orang dari tahun sebelumnya. Sebanyak 29,49 persen dari total pekerja terlibat dalam pekerjaan formal, naik 1,79 persen poin, sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun menjadi 2,73 persen.
Dari segi pendidikan, tenaga kerja dengan pendidikan SD ke bawah masih dominan (41,49%), meski tenaga kerja berpendidikan rendah menurun dibanding Agustus 2023. TPT lulusan SMK turun signifikan dari 8,24% menjadi 4,73% dalam setahun.***