Iklan Gub dan Wagub NTB baru

BRIDA NTB Launching Program Riset Konsorsium Unggulan Berdampak, Mengubah air limbah menjadi biogas

BRIDA NTB Launching Program Riset Konsorsium Unggulan Berdampak, riset ini merancang teknologi mengubah limbah menjadi biogas.

Melalui riset ini lanjutnya, air lindi akan dikonversi menjadi biogas menggunakan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan. Pada tahap awal, proses konversi akan diuji dalam skala kecil, yakni dua meter kubik per hari, dengan target peningkatan hingga 50 meter kubik.

“Biogas yang dihasilkan nantinya akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat di sekitar TPA, serta mendukung operasional fasilitas pengolahan sampah,” jelas Aryadi.

Menutup sambutannya, Kepala BRIDA NTB mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk melihat air lindi bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang.

Dengan pendekatan teknologi yang bersahabat dengan alam, air lindi dapat diubah menjadi sumber energi alternatif yang mendukung usaha ekonomi produktif masyarakat, industri kecil, dan bahkan menjadi pusat edukasi lingkungan.

“Semesta mengajarkan kita untuk hidup harmonis dengan alam. Jangan rusak alam, kelola dengan cara yang bersahabat. Dari sesuatu yang bau, kita ciptakan keharuman dan keharmonisan bagi kehidupan bersama,” ujar Aryadi dengan penuh filosofi.

Sementara peneliti dari IPB, sekaligus Ketua Konsorsium RIKUB, Dr. Obie Farobie, menyebut riset ini sebagai bagian dari program “Kampus Berdampak” yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Program ini mendorong perguruan tinggi untuk berkolaborasi dengan pemerintah daerah dalam menghasilkan solusi nyata bagi masyarakat.

“Kami ingin riset ini tidak berhenti di laboratorium. Harapannya bisa diadopsi di berbagai kabupaten di NTB, dan menjadi model energi terbarukan berbasis limbah,” ujar Dr. Obie.

Selain air lindi, lanjutnya, konsorsium juga mulai mengkaji potensi lokal lainnya seperti rumput laut untuk dikembangkan sebagai sumber energi baru.

Langkah ini sejalan dengan visi NTB menuju Net Zero Emission 2050, yang mengedepankan inovasi lokal dan teknologi yang aplikatif.

“Peluncuran riset ini menjadi langkah awal yang menjanjikan dalam transformasi pengelolaan limbah di NTB. Jika berhasil, model ini berpotensi direplikasi di berbagai daerah lain di Indonesia, sebagai bagian dari gerakan nasional menuju energi bersih dan berkelanjutan,” jelas Dr. Obie.

Sedangkan Kepala UPT TPA Kebon Kongok, Radius Ramli, menyambut baik inisiatif ini. Ia menyoroti bahwa selama ini perhatian publik lebih banyak tertuju pada sampah padat, sementara air lindi belum mendapat perhatian serius.

Kepala BRIDA NTB mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk melihat air lindi bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang.

“Kami berharap riset ini bisa menjadi titik balik. Jika berhasil, air lindi tidak lagi menjadi masalah, tapi justru menjadi penopang ketahanan energi, terutama bagi masyarakat di sekitar TPA,” ujarnya.

Radius juga menambahkan bahwa kebutuhan energi di TPA sangat tinggi, terutama untuk proses pengeringan Refuse Derived Fuel (RDF) dan penerangan.

“Biogas dari air lindi diharapkan dapat menjadi solusi ketika terjadi gangguan pasokan listrik dari PLN,” harapnya.

Bagikan

Artikel Terkait