KUPAS NTB – Kalender event budaya perang topat (perang, saling lempar menggunakan ketupat berukuran kecil untuk senang-senang, red) di Pura Lingsar, Lombok Barat mengundang antusias warga lokal maupun asing. Perhelatan tradisi ini, memang dinanti masyarakat Lombok, khususnya Lombok Barat. Perang topat sarat dengan nilai-nilai toleransi dan silaturahmi lintas agama.
Perhelatan budaya perang topat menjadi event yang sayang dilewatkan begitu saja. Perang Topat dinanti warga Lingsar khususnya dalam usaha menjaga nilai toleransi dan silaturahmi antar ummat beragama, antara ummat Hindu dan Muslim.
Perang topat yang berlangsung Senin 27 November 2023 kali ini mengedepankan tema The Power of Cultre. Mengingatkan kekuatan budaya yang menjadi warisan leluhur masyarakat Lombok dan Bali, mampu menyatukan dua kelompok masyarakat dari keyakinan yang berbeda.
Selain sarat nilai-nilai toleransi, perang topat juga mengandung daya tarik wisatawan. Seperti halnya di Pulau Bali, dikenal wisatawan karena mengembangkan wisata budaya. Inilah yang menjadi alasan pemerintah Lombok Barat melalui Dinas Pariwisata-nya mempertahan agenda perang topat sebagai salah satu kalender tahunan pariwisata Lombok Barat.
Pj Gubernur NTB, Lalu Gita Ariadi, yang hadir membuka acara, mengajak masyarakat NTB menjadikan momen perang topat sebagai ajang silaturahmi. “Nilai-nilai silaturahmi jelas terlihat. Nilai toleransi juga sangat kuat. Inilah aset terbesar budaya Lombok. Langkah pelestarian budaya lokal seperti ini harus bisa dipertahankan,” kata Gita Ariadi sesaat sebelum membuka acara perang topat.
Menurut Gita Ariadi, Pujawali Kemaliq Lingsar memberi pelajaran berarti tentang toleransi. “Pujawali perang ketupat bukan sekadar ritual tahunan melainkan momentum mengecas spirit toleransi yang saat ini sangat dibutuhkan dalam mengisi proses pembangunan daerah maupun negara,” imbuh Gita Ariadi.