Iklan Pemprov NTB

Ancaman Kebutaan

oleh :

Lalu Gita Ariadi

 

Masalah kebutaan masih menjadi salah satu fokus perhatian Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Angka kebutaan di NTB masuk dalam urutan kedua tertinggi nasional setelah Jawa Timur. Berdasarkan data Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014, prevalensi kebutaan di Provinsi NTB mencapai 4%. Penyebab kebutaan paling tinggi adalah Katarak yaitu 78,1%.

Selain Katarak, di tahun 2020 terdapat 15,9% kasus kelainan refraksi pada anak. Diperkirakan saat ini, total angka kebutaan di NTB mencapai 37.533 kasus. Sebanyak 29.314 disebabkan oleh katarak.

Menurut laporan dr. Sriana Wulansari SpM dan dr Cahya Dessy Rahmawati SpM – Direktur RS Mata NTB beberapa waktu lalu, kasus kebutaan menyebar di seluruh Kabupaten di NTB. Terbesar di Kabupaten Lombok Timur 8.433 kasus. Terendah di Kab Sumbawa Barat. Angka kebutaannya mencapai 926 kasus. 723 diantaranya adalah buta katarak.

Tahun 2022, Pemerintah Provinsi NTB melalui Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan Rumah Sakit Mata NTB, melalukan operasi katarak sebanyak 11.416 mata dari total 29.314 kasus katarak. Artinya tersisa 17.898 kasus yang belum mendapatkan penanganan.

Khusus di Kabupaten Sumbawa Barat, tahun 2023 telah dioperasi sebanyak 232 mata dan tersisa 491 mata yang belum dioperasi. Angka kebutaan ini terus bertambah sebanyak 1% setiap tahunnya. Masalah kebutaan tidak hanya menjadi masalah kesehatan. Namun juga masalah sosial. Hal ini terjadi karena banyak faktor. Diantaranya faktor Pelayanan Kesehatan yang sulit dijangkau khususnya di daerah terpencil. Keterbatasan finansial dan informasi, serta kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan mata.

Secara medik, Katarak (kekeruhan pada lensa mata), antara lain disebabkan
Kongenital (bawaan lahir),
Trauma pada mata,
DM ( Diabetes Melitus), faktor
usia dan paparan sinar UV ( karena paparan UV dapat merusak protein di lensa mata).

Berdasarkan fakta kunjungan pasien yang datang ke RS Mata NTB dan dari kegiatan bakti sosial, untuk kasus di NTB sebagian besar disebabkan karen faktor usia dan paparan sinar UV.

Setelah menerima laporan 2 orang dokter mata RS Mata NTB, saya lalu terpikir, saya mungkin termasuk salah seorang kontributor kasus kebutaan di NTB.

Sejak 1981 saya sudah berkaca mata. Saya paling takut dokter mata. Setiap konsul, angka minus terus bertambah. Tarakhir, tanggal 20 Desember 2023 disela-sela kesibukan tugas dinas di Jakarta saya beranikan diri konsul ke dokter mata. Rasanya ada gangguan mata karena penglihatan agak kabur meski sudah berkaca mata. Dan benar, setelah diperiksa ukuran minus bertambah. Mata kiri minus 12. Mata kanan minus 13.

Sesungguhnya sudah lama saya membaca berbagai referensi pengobatan mata dengan metode Lasik ( di laser ). Tapi nyali ini tak cukup kuat. Takut berani, khawatir, cemas, maju mundur. Dr. Jack – Dirut RSUP NTB memberi semangat. Lasik nike aman dan tidak sakit. Tyang niki pembalap. Pandangan harus tajam. Kabur sedikit, tyang pergi lasik dan tidak sakit. Katanya berulang-ulang. Sayapun jadi agak wanen untuk di lasik.

Dan, ketika saya sudah berani untuk dilasik, Dr.dr.Tri Rahayu,SpM(K),FIACLE ( Jakarta Eye Centre – Menteng ) tidak merekomendasikan untuk dilasik karena ada kataraknya.

Selama ini saya di diagnosa
High myopia dan katarak.
Penyebab katarak karena faktor usia.
Resikonya bila tidak dioperasi, katarak semakin tebal. Penglihatan semakin kabur. Minus terus bertambah. Katarak tidak ada obatnya. Penanganannya hanya dilakukan tindakan operasi.

Sebagai pengganti lasik, saya harus terima vonis operasi FLACS (Femtosecond Laser Assisted Cataract Surgery).
Kelebihan operasi ini akurasi tinggi. Proses tindakan dan pemulihan cepat. Saat ini di Indonesia, operasi FLACS hanya ada di JEC Menteng dan JEC Kedoya.

Saya pasrah. Keluarga tidak ada pilihan lain. Harus setuju. Tanggal 28 Desember saya serahkan mata kiri saya di operasi. Jangan tanya bagaimana rasanya. Tapi syukur alhamdulillah, saya bahagia, beberapa jam kemudian mata kiri mulai berfungsi normal. Penglihatan jadi bening dan terang. Sayang masih ada gangguan mata kanan yang masih kabur karena belum dioperasi.

Termotivasi mata kiri sudah berfungsi normal, saya serahkan kembali mata kanan dioperasi. Jumat sore 29 Desember 2023, kembali saya terbaring di ruang operasi. Saya kembali pasrah dan selembor angen. Operasi nya tentu akan berjalan lancar dan akan lebih santai. Saya pura-pura tidak takut. Toh sudah ada pengalaman sehari sebelumnya.

Ternyata situasi justru sebaliknya. Operasi mata kanan berlangsung lebih lama. Saya jejah. Tapi tetap semangat. Karena toh nanti kedua mata akan berfungsi normal. Dr. dr Tri bekerja sungguh sangat profesional dan menyenangkan. Paham betul secara psikologis saya tersiksa tapi dengan tenang dan telaten terus memberi semangat. Dalam kondisi mata di bius lokal, selama proses operasi kami bisa koordinasi. Ikuti petunjuk dokter. Pusatkan perhatian dan pandangan fokus ke sumber sinar utama.

Sekali lagi jangan tanya bagaimana rasanya. Dan, Alhamdulillah proses operasi FLACS akhirnya tuntas. Di ruang recovery hingga hari ini dan beberapa hari kedepan saya harus ikuti perintah dokter untuk rajin berobat dengan obat tetes yang sudah diberikan. Ada yang rasanya sangat perih, ada yang soft, ada yang seakan jadi pelumas, ada yang obati dan tutupi sayatan dll.

Saya terobsesi dengan kinerja dan fasilitas yang ada di JEC Menteng ini. Semoga RS Mata NTB terus meningkat kualitas layanannya. Semoga segera bisa naik kelas menjadi RS Mata kelas B. SDM nya tentu harus ditingkatkan. Fasilitas layanannya juga harus disempurnakan. Ini home work yang harus diselesaikan agar para penderita ancaman kebutaan dapat tersenyum kembali menikmati indahnya dunia.

Setelah 42 tahun bertahan sebagai pria berkaca mata, alhamdulillah resolusi 2024, putus hubungan dengan kaca mata. Kecuali untuk kebutuhan baca. Selebihnya, pandangan jadi kian bening dan jadi kian “NTB” alias Nampak Terang Benderang. Alhamdulillah…..yaa Allah.

Bagikan

Artikel Terkait