Walau demikian, Fauzan memiliki cita-cita menjadi seorang dosen. Karena Fauzan ingin jadi orang pintar sehingga dia sangat suka belajar. Jadi dia berfikir jika menjadi dosen dia akan memiliki banyak waktu untuk belajar dan terus belajar.
“Cita-cita saya waktu SD jadi dosen. Kenapa jadi dosen, ada guru di SD itu sedang kuliah. Yang paling pintar di kita itu adalah guru kita. Guru kita ini siapa yang paling pintar, ya guru mereka kan, yaitu dosen. Makanya pingin jadi dosen,” kata Fauzan.
Dari semua kisah yang sempat dilewati, menurut Fauzan, itu merupakan Tahaddus Binikmah (kesyukuran atas nikmat) yang diberikan Tuhan kepada kedua orang tuanya, sehingga ia mampu menyelesaikan pendidikan. Ibunya memang buta huruf, namun semangat menyekolahkan kelima anaknya tidak pernah padam.
“Semua saudara berpendidikan. Yang paling besar dimanja, sampai kuliah di Bali dulu. Saya nomor dua, adik-adik saya lulus kuliah semua,” ungkap Fauzan.
Walau sangat ingin jadi dosen, namun takdir membawa Fauzan menduduki jabatan yang menggiringnya lebih condong ke politik. Dia dipercaya menjabat sebagai anggota KPU NTB (2003-2008) lalu periode berikutnya menjadi Ketua KPU NTB (2008-2013).
Namun semangat menjadi dosen tetap membara. Jadi walau menjadi Ketua KPU, Fauzan sempat mengajar menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Mataram jurusan Politik.
“Kenapa fokus mengajar? Dengan mengajar kita akan tetap belajar,” ucap Fauzan mengungkapkan kembali alasannya ingin menjadi dosen.
Setelah itu, bersama DR H Zaini Arony Fauzan Khalid maju di Pilkada Lombok Barat dan berhasil terpilih menjadi Wakil Bupati Periode 2014-2019.
Lalu nasib membuatnya menjadi Bupati Lombok Barat menggantikan posisi Zaini Aroni yang tersandung kasus tahun 2015. Fauzan dilantik menjadi Bupati pada bulan Februari 2016. Fauzan menjabat hingga 2019.
Pada Pilkada Lombok Barat 2019 Fauzan maju kembali menjadi Calon Bupati dan kembali terpilih untuk Periode 2019-2024 berpasangan dengan Hj Sumiatun dari Partai Golkar.