Rauf menungkapkan, Pileg 2024 lebih dasyat persaingannya ketimbang Pileg 2019. Buktinya, dana mobilisasi massa berkali-kali lipat dibanding sebelumnya.
“Tahun ini menurut saya Pileg yang paling brutal, cenderung tidal terkendali sehingga modal yang kita keluarkan jauh lebih besar, karena mobilisasinya sungguh luar biasa, artinya semua jor-joran mengeluarkan dana semaksimal mungkin,” nilai Rauf.
Namun celakanya lagi, sudah jor-joran mengeluarkan dana kampanye, banyak kawan-kawan (termasuk incumbent) yang tidak sukses meraih kursi dewan.
Ini artinya, uang bukan satu-satunya kunci keberhasilan duduk di dewan. Karena kedekatan emosional dengan pribadi konstituen menjadi kunci utama.
Bahkan Rauf melihat anggota dewan baru yang terpilih sekarang ini justru kalem-kalem atau secara materi tidak terlalu terlihat. Fenomena ini kembali menunjukkan jika uang bukan segalanya dalam kesuksesaan meraih kursi dewan, jadi semua pilihan kembali kepada hati nurani masyarakat.
“Modal saja tidak cukup jika kita tak mampu menguasai hati rakyat. Uang memang tetap dibutuhkan untuk mobilisasi namun menyakinkan dan menjaga amanah itu yang berat, konsolidasi itu kuncinya karena kepercayaan tidak datang tiba-tiba. Kita harus buktikan dengan perbuatan jika kita benar-benar tulus amanah,” ungkap Rauf.
Itu sebabnya, Rauf merasa bersyukur bisa menjaga amanah rakyat saat menjabat lima tahun di dewan, sehingga para konstituennya mempercayakan amanahnya kembali kepada dirinya di periode ini.