Iklan Gub-Wagub NTB baru

Kadisnakertrans NTB, ajak mahasiswa UMMAT persiapkan hard skills & soft skills sejak dini

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB menjadi narasumber pada kegiatan pembekalan soft skill bagi calon wisudawan/i Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) di Aula UMMAT, Rabu (26/02/2025).

KUPAS NTB – Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB menjadi narasumber pada kegiatan pembekalan soft skill bagi calon wisudawan/i Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) di Aula UMMAT, Rabu (26/02/2025).

Dalam pemaparannya, Kadisnakertrans NTB menekankan pentingnya keseimbangan antara hard skills dan soft skills dalam dunia kerja sejak dini. Menurutnya, kecerdasan akademik dan keahlian teknis memang penting, tetapi kemampuan berkomunikasi, komitmen dan tidak mudah menyerah, mampu bekerja dalam tim, disiplin, serta kepemimpinan justru menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan seseorang di dunia kerja.

“Soft skills meliputi etika, disiplin, kemampuan komunikasi, serta public speaking agar ide dapat tersampaikan dengan jelas. Selain itu, kemampuan bekerja dalam tim dan membangun relasi kerja yang baik juga menjadi faktor utama dalam kesuksesan karier seseorang,” pungkasnya.

BACA JUGA:   Apresiasi Disnakertrans NTB untuk PLN, dinilai miliki komitmen kuat terapkan K3

Sedangkan hard skills mencakup penguasaan teknis sesuai bidang pekerjaan, kemampuan menggunakan teknologi yang relevan dengan industri, serta keterampilan problem-solving dalam menghadapi tantangan pekerjaan.

Setiap tahun jumlah pencari kerja di NTB terus meningkat, dengan tambahan sekitar 216.000 tenaga kerja baru. Yang terserap hanya 30% tenaga kerja yang berada di sektor formal, sementara 70% lainnya bekerja di sektor informal seperti UMKM, pertanian, dan perdagangan.

“Mayoritas pekerja di sektor informal memiliki tingkat pendidikan SD ke bawah. Bahkan, masih ada yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar. Salah satu tantangan besar adalah mismatch kompetensi tenaga kerja dengan kebutuhan industri, yang mengakibatkan banyak posisi strategis tidak terisi,” ungkapnya.

Sementara itu, lulusan SMK dan SMA yang sebenarnya memiliki potensi lebih besar justru masih banyak yang menganggur. Hal ini menunjukkan bahwa belum terjadi link and match yang optimal antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan lulusan perguruan tinggi kesulitan memperoleh pekerjaan. Salah satunya adalah tingginya ekspektasi terhadap jenis pekerjaan. Banyak lulusan yang hanya ingin bekerja di instansi pemerintah atau perusahaan besar, padahal peluang di sektor lain juga terbuka luas. Selain itu, ketidaksesuaian antara keterampilan lulusan dengan kebutuhan industri/mismatch skills juga menjadi kendala utama.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Aryadi menyarankan para lulusan agar lebih fleksibel dan siap beradaptasi dengan kebutuhan industri. Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain: meningkatkan keterampilan teknologi, menguasai teknologi digital dan platform kerja online menjadi keharusan di era saat ini.

“Meningkatkan keterampilan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris, menjadi nilai tambah bagi pencari kerja. Memanfaatkan platform ketenagakerjaan, seperti aplikasi SIAPKerja, untuk membantu pencari kerja menemukan lowongan yang sesuai. Terbuka terhadap peluang di luar daerah, karena kesempatan kerja tidak hanya ada di NTB, tetapi juga di luar daerah atau bahkan di luar negeri,” ujarnya.

Bagikan

Artikel Terkait